Halaman

Minggu, 10 Februari 2013

KIAT SABAR DALAM MENGHADAPI MASALAH DAN MENDAPATKAN SOLUSI

Oleh: Ust.Muchammad Sholahuddin

www.asmarasakinah.com Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sehubungan dengan banyaknya pertanyaan tentang "sabar". Insya Allah berikut ini saya sampaikan salah satu ayat Allah tentang "sabar". Mudah mudahan ayat ini bisa kita jadikan pedoman dalam hidup kita.




I. Melatih Kesabaran tingkat dasar

Insya Allah kita bisa mencoba sabar lewat sholat:
(1) Ketika mau Sholat, tenangkan dulu badan dan jiwa untuk menerima kewajiban sholat ini dan katakan pada diri sendiri, gerakan dan bacaan sholat yang akan saya lakukan pasti bermanfaat untuk saya. Saya akan

baca bacaan sholat dengan lambat dan saya yaqin lambatnya saya dalam membaca bacaan sholat ini akan membuat otak saya tenang. Saya akan melakukan gerakan sholat ini dengan hati hati dan akan saya nikmati tiap-tiap gerakan yang saya lakukan. Saya akan melemaskan badan saya pada tiap-tiap gerakan dan saya akan sedikit lamakan pada tiap tiap gerakan yang saya lakukan lebih lama dari biasanya. Saya yaqin Allah memperhatikan saya dan saya ingin Allah tahu bahwa saya benar-benar menghargai sholat yang Allah perintahkan ini. Cobalah ini dulu
(2) Ketika sholat berjamaah, dengarkanlah bacaan imam dengan seksama. Ketika Imam ruku' dengan mengucapkan kata "ALLLAAAAHU AKBAR" jangan kita gerak dulu sebelum imam menyelesaikan kata "............bar". Demikian juga ketika Imam bangkit dari ruku dengan mengucapkan "SAMIALLAAAHU LIMAN HAMIDAH" jangan bergerak sebelum Imam mengakhiri kata ".......DAH" demikian seterusnya. Insya Allah cara ini akan membuat kita sabar di luar sholat.

(3) Selanjutnya renungkan Surat Ali Imran ayat 159.

II. Firman Allah dalam surat ali Imran ayat 159

Ayat ini menjelaskan pentingnya sabar dan sabar itu prosesnya seperti apa. yaitu Firman Allah :

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya".(QS. Ali Imran 159)

PEMBAHASAN :

1) "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka..........."
Allah mengajak kita untuk meyakinii bahwa hanya "rahmat Allah" saja yang membuat kita bisa BERLAKU LEMAH LEMBUT (baca : bisa menyelesaikan masalah dengan seseorang/ keadaan dengan baik dan tuntas serta membawa akibat yang baik pula)
Kita diminta oleh Allah, untuk mengakui bahwa kita tidak punya wewenang apapun untuk terselesaikannya masalah itu kecuali campur tangan Allah ada disitu.
Maka, kekuatan untuk meminta kepada Allah agar dibantu menyelesaikan masalah ini harus benar-benar ditanamkan dalam diri kita.

2) ".........Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu....."
disini Allah memberikan beberapa syarat jika ingin mendapatkan "rahmat Allah"/bantuan Allah salam setiap masalah kita.

Syarat mendatangkan rahmat Allah dalam setiap masalah kita:

Pertama: jangan munculkan "FADL-DLUN" (sifat keras) dan "GHOLIIDLUL QOLBI" (hati kasar).
Saat masalah itu muncul. Jangan jadi pemarah, jangan munculkan sifat jengkel apalagi "su'udlon yang berlebihan".  "sifat jengkel" atau "pemarah" terhadap lingkungan, akan membuat mata kita tidak akan mampu melihat permasalahan yang terjadi dengan baik. Maka Allah mengibaratkan data yang akan didapat "akan menjauh". bagaimana bisa menyelesaikan masalah kalau data tentang masalah itu tidak ada?

Kedua : " ......... Karena itu maafkanlah mereka,,,,,,,,,,,,,,,,,," . Setelah Allah meminta untuk tidak "emosi" saat masalah datang, Allah meminta kita untuk MEMAAFKAN obyek yang kita hadapi. Jika itu manusia, teman kita atau orang lain, memaafkan adalah cara yang kedua untuk membuat diri kita lebih tenang. Jika itu benda (bukan manusia) menata hati dan meyakini bahwa bukan benda ini yang membuat masalah, namun diri kitalah yang kurang pandai dalam menghadapi masalah ini. Hal ini jauh lebih baik. Perintah Allah yang kedua ini, yaitu "memaafkan", akan menjadikan "emosi" yang ada dalam diri kita akan semakin menurun.

Ketiga : ".... mohonkanlah ampun bagi mereka,......... " Inilah cara Allah mengajak kita untuk menurunkan pada titik "0" (paling nadir) emosi kita. TIDAK MARAH + MEMAAFKAN + MEMOHONKAN AMPUNAN = 0 % emosi.
MEMOHONKAN AMPUNAN UNTUKNYA, Jika yang kita hadapi adalah manusia, maka kita diminta oleh Allah untuk benar-benar memahami. Orang yang membuat masalah dengan kita kemungkinan ia "TIDAK TAHU" sehingga kita tidak perlu marah kepada orang ini. Bagaimana bisa marah terhadap orang yang memang tidak tahu atau tidak sengaja.

Orang yang membuat masalah dengan kita kemungkinan juga "SENGAJA" mendatangkan masalah itu kepada kita. Kalau memeng benar hal ini terjadi, maka yang kita fikirkan adalah, KEIMANAN ORANG INI LEBIH RENDAH DARI GODAAN SYETAN, MAKA KITA HARUS BERUSAHA MEMAKLUMINYA DAN MEMBANTUNYA. ADA SYETAN DI BELAKANG ORANG ITU YANG MEMBUAT DIA SENGAJA MENYALAHI KITA.  Memintakan ampunan kesalahan orang itu kepada Allah, adalah puncak penurunan emosi kita.

Luar biasanya Allah dalam memberitahu kita bagaimana cara "sabar" dalam menghadapi masalah

SELANJUTNYA :

apa yang Allah maui dengan perintah untuk TIDAK MARAH + MEMAAFKAN + MEMINTAKAN AMPUNAN ? (tentunya hanya Allah yang Tahu) Namun kita diberi akal oleh Allah untuk belajar memahaminya. Kita akan merakan betapa Maha hebatnya dan Maha luarbiasanya Allah, saat kita melihat kelanjutan ayat ini.

3) ",,,,,,,,dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu."
Ayat ini sudah tidak berhubungan dengan "emosi" kita, namun lebih berhubungan dengan AKAL kita. Allah meminta kita menggunakan "akal" kita untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi ini.
BERKAITAN DENGAN AKAL : mari kita lihat surat al baqarah ayat 30 dan 31 :
(" Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi"..................... ")
("Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya................")
Setelah ADAM. AS diciptakan oleh Allah awt, ayat ini menjelaskan ALLAH MENTRANSFER "ILMU" KE DIRI ADAM (BUKAN WAHYU SEMACAM AL QURAN.... KELAK BARU ALLAH BERIKAN "HUDA" ITU KEPADA ADAM lihat surat Thaha/20 ayat 121 s/d 123) ARTINYA BAHWA "ILMU" ADALAH NOMOR SATU YANG DIBUTUHKAN KITA UNTUK KEHIDUPAN DI DUNIA INI)
Maka ketika kita tidak mau belajar untuk memasukkan banyak pengetahuan tentang kehidupan ini dalam "akal" kita, maka akal ini tidak akan bekerja sama sekali pada saat ingin menyelesaikan masalah. WALAUPUN EMOSI SUDAH TURUN NAMUN AKAL TIDAK PUNYA SAMA SEKALI PENGETAHUAN TENTANG MASALAH YANG DIHADAPI TETAP SAJA MASALAHNYA TIDAK AKAN SELESAI.

Kembali pada ayat di atas. Setelah kita menurunkan Emosi kita, Allah menyuruh kita menggunakan akal dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi yaitu dengan :
Menggunakan akal untuk mengidentifikasi masalah tersebut. Masalahnya apa, apa penyebabnya, Faktor apa saja yang menjadikan permasalahan itu muncul dan lain sebagainya.
Menggunakan akal untuk mencari JALAN KELUAR tidak hanya SATU, mencari BEBERAPA alternatif jalan keluar.
Kemudian menyusun secara skala prioritas semua jalan keluar itu. Meletakkan jalan keluar yang lebih realistis di urutan pertama dan yang lainnya berurutan menurut kemungkinan keberhasilannya.
DISINI NAMPAK SEKALI betapa luar biasanya peran AKAL untuk menyelesaikan masalah. Baik itu akal kita sendiri atau kita bertanya kepada ahlinya. NAMUN SEBESAR APAPUN PERAN AKAL, Jika emosi sedikit saja muncul, maka akal tidak akan sempurna dalam berkerja. SEMAKIN KITA MENAIKKAN EMOSI KITA AKAN SEMAKIN AKAL INI TIDAK AKAN BEKERJA SAMA SEKALI (SUBHAANALLAH).
Bagaimana jika kita meminta kepada orang lain untuk membantu kita dalam memberikan pendapatnya. Syarat menurunkan emosi ini tetap berlaku bagi orang itu.

4) "..apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya".
Setelah kita menyusun skala proritas beberapa jalan keluar yang kita buat. Mengurutkan sesuai dengan yang kemungkinan lebih dahulu bisa dikerjakan, maka..
Allah meminta kita untuk mengerjakan apa yang telah kita pilih itu. Jalan keluar yang diurutan nomor pertama.
Setelah itu. Setelah upaya itu kita lakukan, Allah menyuruh kita untuk tawakkal. Menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Insya Allah, "Rahmat Allah" yang kita harapkan akan turun.
KEMUNGKINANNYA ADALAH :
Allah swt menunjukkan kepada kita keberhsilan yang kita kerjakan.
Allah menunjukkan dimata kita "jalan keluar" yang kita lakukan "salah". Maka saat kita dilihatkan oleh Allah, saat kita tahu bahwa jalan kita itu salah, maka bersyukurlah kepada Allah yang memberitahukan ke kita bahwa "jalan keluar itu salah". Maka kita diminta untuk kembali lagi pada aturan awal. Turunkan Emosi serendah-rendahnya kemudian pilih jalan keluar yang kedua. kemudian tawakkal kepada Allah. Demikian seterusnya.
Mengapa kita harus berterima kasih kepada Allah saat Allah menunjukkan kesalahan jalan keluar yang kita lakukan ?. Karena bisa jadi, di mata kita jalan keluar itu nampak benar. Namun tanpa sepengetahuan kita banyak dampak negatif yang muncul yang kita tidak tahu. Untuk itu wajib berterima kasih kepada Allah saat kita tahu jalan keluar yang kita pilih adalah salah

INSYA ALLAH INILAH YANG DISEBUT DENGAN "SABAR" :
1. MENURUNKAN EMOSI SERENDAH RENDAHNYA
2. MENYUSUN SKALA PRIORITAS JALAN KELUAR SETELAH DIMUSAYAWARAHKAN PERMASALAHANNYA
3. MELAKSANAKAN PILIHAN JALAN KELUAR DISERTAI TAWAKKAL KEPADA ALLAH SETIAP KALI JALAN KELUAR ITU DILAKSANAKAN

Contoh : Kaki kita diinjak oleh orang. Kita tidak perlu emosi. (Akal kita bermusyawarah, orang ini tidak sengaja jalan keluar yang pertama, memaafkan). Maka kita ingatkan orang itu bahwa ia menginjak kaki kita. Ketika jalan keluar yang pertama tidak mempan dan ia menginjak yang kedua kalinya, maka muncul jalan keluar yang kedua. Kita peringatkan dengan agak keras. Saat jalan keluar yang kedua tetap tidak mempan. Untuk yang ketiga kalinya ia menginjak kaki kita. Maka ada kemungkinan kita siap memukul dia tanpa emosi dengan siap menangkis jika ia membalas atau kita tinggalkan dia tanpa emosi. (apakah kekerasan juga merupakan bagian dari "sabar". Mari kita perhatikan sejarah Rasulullah. 13 tahun di Makkan beliau di musuhi namun tidak membalas. Saat tahun pertama pindah ke Madinah ternyata masih dimusuhi, masih tidak membalas. Ketika tahun kedua, masih saja dimusuhi maka jalan keluarnya adalah : PERANG ! )

wallaaahu a'lamu bish showaaab

(sumber artikel grup facebook study tafsir yang diasuh oleh Ust.Muchammad Sholahuddin)

Salam Sakinah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar