Halaman

Rabu, 06 Februari 2013

Perempuan mulia,

Khadijah binti khuwailid

(Bagian 2)

Ketertarikan Khadijah pada Muhammad al-Amin
www.asmarasakinah.com Setelah perdagangan yang dilakukan oleh Muhammad al-Amin menghasilkan laba yang banyak maka Khadijah pun merasa gembira akan hal tersebut. Namun ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad lebih besar dan lebih mendalam daripada semua itu. Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Khadijah merasakan bahwa pemuda ini tidak sebagaimana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan lain pun bermunculan.
Akan tetapi Khadijah merasa pesimis, mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya?

Kecerdikan Nafisah binti Munabbih
Maka disaat kebingungan dan kegelisahannya karena masalah itu, tiba-tiba muncullah seorang teman yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya ia ikut duduk dan berdialog hingga dengan kecerdikannya Nafisah mampu menyibak rahasia yang tersembunyi dalam hati Khadijah tentang problema kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik. Terbukti dengan banyaknya para pemuka quraisy yang melamarnya.
Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukkan akan kelihaian dan kecerdikan dia:
Nafisah : "Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad?"
Muhammad: "Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah"
Nafisah : (dengan tersenyum berkata) "Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya, cantik, dan berkecukupan maka apakah kamu mau menerimanya?"
Muhammad: "Siapa dia?"
Nafisah : (dengan cepay dia menjawab) "dia adalah Khadijah binti Khuwailid"
Muhammad : "jika dia setuju maka akupun setuju"
Pernikahan Khadijah dengan Muhammad al-Amin
Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi Sayyidah Khadijah. Kemudian pergilah Abu Thalib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.
Setelah usai akad nikah disembelihkah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan ternyata diantara mereka terdapat Halimah Sakdiyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak yang pernah disusuinya. Setekah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah meyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta.
(Bersambung ke bagian 2)
Daftar pustaka:
Baswedan, A.R.1954.Rumah Tangga Rasulullah. Bulan Bintang, Yogyakarta
Mahdi, M., dan An Nashr A.M.2011.Mereka Adalah Para Sahabat (edisi Indonesia).At Tibyan,Solo.

Salam Sakinah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar