Halaman

Senin, 11 Februari 2013

KUNCI SUKSES KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN HIDUP MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH

www.asmarasakinah.com Berikut ini akan disampaikan beberapa hal sederhana yang dapat kita terapkan dalam rangka meningkatkan kualitas komunikasi dengan pasangan hidup kita. Komunikasi adalah salah satu kunci sukses yang penting dalam pernikahan dan dalam membina hubungan yang kuat serta bertahan lama.

Berbeda pendapat adalah hal biasa
Merupakan hal normal untuk merasa "ilfil" (sakit hati) setelah terjadinya perselisihan pendapat atau ketidaksepakatan akan suatu hal dengan pasangan hidup, namun yang tidak normal adalah
memendam dan
menyimpan perasaan tersebut dalam hati masing-masing.  Yang harus kita lakukan adalah menunggu hingga kita telah merasa tenang dan rileks pikirkanlah semua hal baik yang telah dilakukan dan dimiliki oleh pasangan hidup kita masing-masing. Hanya dengan melakukan langkah sederhana ini kita akan terkejut betapa cepatnya perasaan sakit hati kita tersembuhkan.

Aku bisa membaca pikiranmu
Ini adalah salah satu permasalahan terbesar dalam suatu pernikahan. Pasangan suami istri saling mengasumsikan dan bahkan mempercayai bahwa pasangannya seharusnya mengerti apa yang mereka inginkan dan butuhkan. Mereka mengasumsikan apa yang disuka atau tidak disuka oleh pasangannya tanpa perlu mendiskusikannya hingga saling memahami. Ujung dari asumsi salah ini adalah terjadinya sesuatu kesalahan dan akhirnya terjadi kerusakan dalam sebuah hubungan. Syarat terpenting dalam berkomunikasi dengan pasangan hidup kita adalah kalimat detail yang jelas mengenai setiap aspek atau setiap kejadian dalam kehidupan kita. Tidak ada topik yang bisa ditinggalkan dalam suatu pembicaraan tanpa terpenuhinya syarat tadi; baik pembicaraan mengenai kebutuhan (fisik, psikologis, emosi, dan persoalan pribadi) dan topik lain yang penting dalam hidup kita. Ingatlah bahwa dalam berkomunikasi kita harus mendengar dan berbicara, jadi lakukan keduanya dan tidak hanya salah satu saja. Dalam beberapa kasus kita mungkin harus berkompromi, namun secara keseluruhan dalam berkomunikasi kita harus menjadi terpercaya dan saling jujur antar pasangan sehingga pernikahan kita akan harmonis.

Mana ekspresinya?
Beberapa orang takut mengekspresikan kesedihan, kekecewaan, ataupun kemarahan karena adanya keyakinan atau perasaan bahwasannya hal tersebut akan menyebabkan permasalahan lebih lanjut, sehingga mereka lebih memilih untuk diam. Hal ini bagaikan memanaskan pressure cooker dan ketika tiba waktunya tekanan di dalam pressure cooker terlalu besar maka akan terjadi ledakan yang mengakibatkan korban, dalam kasus ini korbannya adalah kehidupan pribadi kita dan kehidupan pernikahan kita. Sehingga tidak terekspresikannya perasaan adalah hal yang tak sehat serta dapat menimbulkan berbagai permasalahan baik secara pribadi maupun dalam kehidupan pernikahan. Sehingga yang perlu kita pelajari sebenarnya adalah bagaimana kita mengekspresikan apapun perasaan kita baik sedih, kecewa, atau utamanya marah dengan cara yang santun tanpa melukai perasaan pasangan kita. Jujurlah pada ekspresi kita dan komunikasikanlah hingga pasangan kita memahami mengapa kita sedih, mengapa kita, kecewa, atau yang paling penting mengapa kita merasa marah. Selain itu diskusikan pula solusi atas permasalahan yang menyebabkan timbulnya perasaan sedih, atau kecewa atau marah. Jika kita tak mengatakan perasaan kita secara jelas, lalu bagaimanakah permasalahan kita akan terselesaikan?

Suami maupun Istri ingin dipahami
Keyakinan yang populer di masyarakat adalah lelaki berlogika dan wanita perasa, namun sebenarnya lelaki pun juga memiliki perasaan dan mereka juga ingin dipahami dalam sebuah hubungan suami-istri. Bisa saja suami kitalah yang malu sehingga para istrilah yang harus memulai perbincangan dan begitupula sebaliknya jika istri kita yang pemalu dalam mengemukakan suatu permasalahan. Penting untuk selalu mencari tahu lagi dan lagi mengenai masing-masing pasangan, dan hal ini dilakukan sepanjang hidup kita. Hal ini membuat pasangan kita merasa bahwa kita masih tertarik pada mereka sebagaimana awal mula jatuh cinta dan sebagaimana pada masa awal pernikahan. Hal ini juga meningkatkan rasa cinta diantara dua sejoli dan juga membantu kita menjadi lebih bisa memahami pasangan kita seiring waktu kita beranjak tua bersama, dalam suatu kehidupan pernikahan.

Waktunya "berkicau"
Ini merupakan faktor terpenting yang acapkali muncul ketika terjadi perselisihan diantara pasangan suami istri. Kita menyebut ini sebagai waktu berkicau, karena ini terjadi ketika rasionalitas telah hilang dan seseorang hanya memakai sisi otak yang irasional. Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang stres maka otak fungsi otak rasionalnya tidak berfungsi dan diambil alih oleh otak irasional. Sehingga bukannya mencari solusi mereka hanya berteriak dan melampiaskan kemarahan antar sesama mereka. Jangan mencoba menyelesaikan permasalahan selama waktu ini berlangsung. Tunggulah hingga rasionalitas telah kembali disertai dengan ketenangan emosi baru kemudian mencoba menyelesaikan permasalahan dalam suasana yang tenang dengan sikap yang santun. Kunci lain, saat salah satu pasangan berkicau adalah, pasangan yang lain harus menyadari bahwa pasangannya sedang mengalami stres dan mengambil sikap mundur teratur ketika kicauan itu terjadi, bukannya ikut berkicau.

STOP!!!
Ketika kedua pasangan sedang berbicara dan salah satu merasa tidak nyaman atau merasa mulai terpancing emosinya, maka hantikan pembicaraan dan tunggu, setidaknya satu jam atau sampai mereda emosinya, barulah melanjutkan pembicaraan dengan kepala dingin dan pendekatan serta metode yang berbeda dalam menyelesaikan masalah. Praktikkan hadis Rasulullah ketika marah dan apa yang hendaknya kita lakukan saat itu.
Acapkali terjadi, yang awalnya merupakan pembicaraan rasional antar pasangan suami istri untuk menyelesaikan sebuah masalah berubah menjadi pertengkaran besar. Untuk menghindari hal ini menerapkan teknik di atas telah membantu banyak pasangan.

Siapa menang?
Kapanpun Anda berselisih, berbeda pendapat, hingga betengkar, janganlah meniatkan pertengkaran untuk memenangkannya. Ini bukanlah kompetisi dimana siapapun yang menang yang lebih unggul. Kenyataannya adalah manakala kita benar maka jangan ingatkan pada pasangan kita bahwa kita benar dan jangan mengecilkan pasangan kita. Hal tersebut akan menimbulkan atmosfer yang tidak sehat dalam pernikahan dan diantara kita dengan pasangan kita. Maka dari itu penting untuk dipahami bahwa manakala kita tetap mempertahankan mentalitas menang maka sejatinya keduabelah pihak justru kalah, ketika pernikahan hancur karenanya. Sehingga lebih baik jika berfikir secara kolektif sebagai pasangan suami istri, setiap ketidaksepakatan adalah kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama dan bukan secara individu.

Sudut Pandang
Ingatlah bahwasanya setiap orang memiliki sudut pandang berbeda dan kita harus menghargai satu sama lain untuk perbedaan ini. Setiap orang memiliki perbedaan acuan referensi, perbedaan perspektif, dan perbedaan pemikiran mengenai situasi yang sama. Karena hal-hal tersebut itulah maka sangat penting bagi kita untuk menghargai sudut pandang satu dengan yang lain, dan mencoba untuk memahami mereka. Perlu dicatat bahwa semua perbedaan sudut pandang, acuan, perspektif dan pemikiran yang dimaksud disini sama-sama masih berdasar pada Al Qur'an dan Al Hadis.

Tidak hanya kata-kata
Komunikasi bukan hanya kata-kata, namun juga melibatkan intonasi suara, mimik wajah, serta gerakan dan bahasa tubuh. Ketika kita mendengar atau berbicara lakukan kesemua aspek tersebut secara layak sesuai porsinya.

Harapan (ekspektasi)
Jika kita mengharapkan sebuah perselisihan (pertengkaran) maka kita akan mendapatkannya, dan jika kita mengharapkan solusi maka kita akan mendapatkan solusi. Ini merupakan rumus sederhana, sehingga ketika akan masuk pada isu apapun yang diperbincangkan/ dikomunikasikan mulailah dengan sikap yang tepat dan ekspektasi akan menghasilkan solusi yang disepakati kedua belah pihak.

Diterjemahkan dari artikel Muslim Harmony .com

Salam Sakinah,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar